Minggu, 09 Januari 2011

Wedus Gembel Merapi, Mirip Kepala Raksasa

Fenomena awan Merapi Berkepala Raksasa (Dian Handoro)

YOYAKARTA - Foto-foto awan merapi yang tidak biasa ini, diambil seorang fotografer senior, Dian Handoyo. Pria berusia 45 itu adalah mantan fotografer majalah Jakarta-Jakarta. Saat ini Dian, begitu ia biasa dipanggil, bekerja secara freelance dan atas permintaan sebuah perusahaan, ia pergi ke Yogyakarta untuk mengabadikan bencana letusan Merapi terdahsyat sejak 140 tahun lalu, yang menelan korban jiwa 173 orang lebih itu.

Meski usianya sudah cukup tua, namun semangat bapak beranak satu itu, tak kalah dengan para fotografer mudah dalam mengabadikan berbagai momen dramatis di seputar bencana Merapai. Ia bahkan berhari-hari menunggu atau nyanggong kesempatan, mengambil gambar seekor macan tutul yang konon turun gunung pasca erupsi Merapi.
Dian Handoyo

Sayangnya, wujud macan itu tidak pernah menampakkan diri, meski Dian sudah hampir seminggu, menunggu kesempatan langka itu. Dian hanya berhasil memotret jejak langkahnya saja. Dan dari jejak langkahnya, kuat dugaan macan tutul yang kelaparan itu, tidak sendirian turun gunung, tapi bersama anaknya."Gua jadi ikut sedih, seminggu setelah pulang ke Jakarta, gue denger dari tim sar. Mereka menemukan bangkai macan tutul bersama anaknya di dekat kampung mbah Marijan, dusun Kinahrejo,"tutur Dian mengisahkan perjalanan memburu momen macan tutul.

Selain mengabadikan seputar letusan merapi,  Dian juga memotret wajah-wajah putuis asa dari para pengungsi Merapi, di Maguwoharjo dan desa-desa yang porak-poranda disapu awan panas atau wedus gembel gunung Merapi. Dan salah satu hasilnya adalah foto langka, yakni foto awan panas yang membentuk semcama kepala raksasa.
Awan Belum terbentuk 1 (Dian Handoyo)
Foto ini diambil secara tidak sengaja, pada Jumat pagi tanggal 12 Desember 2010. Dia terkejut melihat tipologi awan yang aneh itu. Instingnya segera bekerja. Dia terus panteng jeparat jepret-- dari awan biasa hingga mebentuk gambaran seperti kepala raksasa yang sedang tertawa, lengkap dengan gigi dan taring-taringnya. "Anehnya setelah munculnya awan seperti itu, hari Sabtunya, Merapi mulai mereda dan awan yang dimuntahkan tidak lagi berwarna hitam, tapi putih tipis,"kata Dian lagi. 


Awan mulai terbentuk 2 (Dian Handoyo)
Hasil jepretan Dian ini, jauh lebih sempurna, jika kita bandingkan dengan fenomena awan petruk yang sempat mengheboh itu. Coba kita perhatikan lebih teliti, awan panas atau wedus gembel yang dipotret Dian, tidak hanya menampilkan citra tapi sudah berwujud sosok kepala yang besar, lengkap dengan mulut, hidung, gigi dan taringnya. 

Meski gambar yang dipotret Dian sangat istimewa, ia  enggan mempublikasikan, karena khawatir ditafsirkan macamn-macam oleh yang melihatnya. "Saya takut masyarakat yang melihat foto saya, jadi musyrik,"begitu Dian beralasan.

Sosok Kepala terlihat 3 (Dian Handoyo)

Sosok gigi, taring ha ha ha 4 (Dian Handoyo)


Kekhawatiran Dian, membuat masyarakat menjadi tersesat, akibat foto-fotonya cukup beralasan. Ketika foto-foto ini mulai dia paparkan kepada teman dan orang-orang dekatnya, sudah muncul komentar-komentar aneh, berbau mistik. Ada yang berkomentar, foto Dian ini menggambarkan, penunggu Merapi, yang berwujud raksasa sedang keluar dan bebas merdeka, setelah ratusan tahun dipenjarah di kawah merapi. Buktinya gambar sebelah kana ini, terlihat raksasa itu sedang tertawa gembira, sehingga terlihat taring-taringnya. Padahal Menurut Dian, gambar seperti ini, hanya sebuah kebetulan semata. Tidak beda dengan citra awan dilangit, yang kadang-kadang mebentuk kepala binatang atau bentuk lainnya. "Buat saya, semuanya serba kebetulan dan sebuah fenomena biasa,'kata Dian singkat (nfd).

Sososknya ,ulai memudar tertiup angin 5 (DH) 

1 komentar:

Warung Informasi mengatakan...

ihhhh bener lho kayak buto ijo