Selasa, 18 Januari 2011

Makhluk Aneh Ditemukan, Diyakini Sebagai Jenglot

CIREBON – Benda dalam akuarium tanpa air itu, apakah sejenis mahluk hidup atau benda mati? Yang pasti saat ditemukan warga Pemijahan, Cirebon, Jawa Barat di sungai cisoka Minggu lalu 16 Januari 2011, benda ini sudah mati seperti kayu. Dan penemunya Abdul jamil, tak bisa memberi keterangan, karena tuna rungu dan bisu.

Tapi yang aneh, meski seperti kayu, benda ini memiliki sosok. Punya kepala dengan rambut panjang terurai, dua buah mata, hidung mulut dengan taring menyeringai. Tubuh dari leher hingga ekornya, menyerupai buaya kecil dengan panjang sekitar 50 cm. Penemuan benda aneh ini segera saja menggemparkan warga Pamijahan dan mereka berduyun-duyun datang untuk melihat. Bahkan mereka tidak keberatan merogok koceknya agar bisa melihat  benda berwarna hitam ini. 

Karena sosoknya yang aneh, lalu masyarakat menafsirkan sendiri-sendiri, priahal benda ini. Sebagian orang menyakini, merupakan penjelmaan dari buaya siluman yang menurut bahasa orang Pamijahan biasa disebut buncul. ”Buncul itu memiliki kemampuan, selain berenang juga dapat meloncat dari ketinggian dengan jarak lompatan cukup jauh,” begitu komentar salah seorang pengunjung bernama Arham tentang benda aneh ini.

Sementara warga lainnya menyebutkan benda ini sebagai penjelmaan makhluk gaib yang sering disebut dengan nama jenglot. Apa itu Jenglot? Menurut kamus yang berlaku di dunia spiritual perdukunan, jenglot itu sejenis makhluk gaib yang sudah menjadi mummy yang konon usianya sudah mencapai  300 tahun. Dan dia merupakan makhluk hdiup, meski belum ada bukti yang menguatkan kapan jenglot itu bisa bergerak. Konon,  setiap 35 hari pada Jumat Legi, jenglot minta makan. Apa makanan favoritnya ? Nasi goreng atau pecel lele ? bukan tapi makanan berupa darah dicampur minyak javaron atau disberi sesajen  berupa kembang atau kemenyan.

Pada tahun 1997, penemuan jenglot pernah menghebohkan maysrakat jakarta, sehingga membuat tim forensik RSCM terusik untuk melakukan pengujian. Mereka terdiri dari paramedis, mahasiswa kedokteran, wartawan dan sejumlah pengunjung RS yang tertarik melihat kedatangan jenglot. Pengujian oleh tim forensik RSCM itu untuk membuktikan kemanusiaan jenglot.

Hasil pengujian, ternyata jenglot tak memiliki struktur tulang. Hasil rontgent yang disaksikan puluhan wartawan, paramedis, mahasiswa praktek, ternyata hanya menampilkan bentuk struktur menyerupai penyangga dari kepala hingga badan. Selain itu terlihat juga jaringan kuku dan empat gigi selebihnya tak ada.

Majalah Gatra, Nomor 52/III, 15 November 1997 juga pernah menurunkan laporan mengenai jenglot. Penelitian yang dilakukan Dokter Djaja Surya Atmaja PhD, dari Universitas Indonesia menunjukkan bahwa contoh kulit jenglot yang diperiksa memiliki karakteristik sebagai DNA (deoxyribosenucleic acid) manusia. "Saya kaget menemui kenyataan ini," kata Djaja, doktor di bidang DNA forensik lulusan Kobe University, Jepang, 1995.

Namun Djaja menolak anggapan seolah ia mengakui jenglot sebagai manusia. "Tapi sampel yang saya ambil dari jenglot menunjukkan karakteristik manusia," katanya. Adapun sampelnya berupa sayatan kulit jenglot berukuran setengah luas kuku, yang mengelupas dari lengannya. Contoh kulit itulah yang kemudian ditelitinya di Laboratorium RSCM atas prakarsa dan biaya pribadi. Spesimen seirisan kulit bawang itu kemudian diekstraksi agar DNA-nya keluar dari inti sel. DNA merupakan material genetik berupa protein panjang yang membangun struktur kromosom. Pada inti sel manusia terdapat 23 pasang kromosom. Masing-masing bisa dipenggal-penggal menjadi banyak lokus, satu unit yang membangun sifat bawaan tertentu.

Djaja memeriksa DNA Jenglot pada lokus nomor D1S80 dari kromosom 1 dan HLA-DQA1 dari kromosom 5, serta lima lokus khusus lain dengan teknik PCR (polymerase chain reaction). Pemeriksaan HLA-DLA-DQA1 memberikan hasil positif. Artinya, spesimen Jenglot itu berasal dari keluarga primata -bisa monyet, bisa pula manusia. Namun dari penyelidikan atas lokus D1S80, Djaja mendapat kepastian bahwa sampel DNA itu berkarakteristik sama dengan manusia. Temuan mengejutkan itu diperkuat dengan kajian mesin PCR. "Hasilnya begitu, saya harus bilang apa," kata satu-satunya ahli DNA forensik Indonesia berusia 37 tahun itu. Namun ahli forensik lain yang pernah meneliti jenglot, tidak percaya, jenglot dianggap sebagai makhluk hidup.

Tidak ada komentar: