Sabtu, 25 September 2010

Mengobati Penyakit Jantung Terapi Sedot Lintah

Penyakit Jantung, sudah lama menjadi penyakit paling mematikan nomor wahid. Hasil analisa dan survei kesehatan rumah tangga Departemen Kesehatan RI melaporkan, penderita penyakit jantung di Indonesia kini diperkirakan mencapai 20 juta atau sekitar 10% dari penduduk di Indonesia. Demikian dahsyatnya serangan penyakit jantung sehingga korbannya bisa menyerang siapa saja, baik di negara sedang berkembang seperti Ingonesia maupun negara-negara maju. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan rasio penderita gagal jantung di dunia satu sampai lima orang setiap 1.000 penduduk.
Berbagai upaya dari para pakar dunia, menciptakan alat dan obat untuk menanggulangi dan menyembuhkan para penderita jantung. Mulai dari peralatan yang relatif mahal seperti transplantasi jantung hingga obat-obatan.

Bagi anda yang kebetulan menderita jantung, ada cara mudah dan murah. Memang tidak seratus persen dijamin penyakit jantung anda bisa hilang sama sekali, tapi bisa menurunkan kadar serangan jantung itu sendiri, yakni menggunakan terapi sedot lintah. Di telinga sebagian orang, terapi ini memang agak asing terdengar, tapi banyak pendrita jantung mencoba dan berhasil. Lintah yang menghisap darah pada sejumlah titik aliran darah yang terkait dengan organ jantung, diyakini bisa mengurangi penyumbatan pada pembuluh darah jantung.

Di Indonesia mungkin banyak praktek-praktek pengobatan alternatif yang menyediakan terapi semacam ini, salah satunya terapi lintah di Desa Selorejo, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Pemilik tempat praktek ini bernama Mahrus. Ia sudah lama menekuni trapi lintah dan sudah banyak penderita jantung yang berhasil sembush melalui metode ini.
Eko Pramono dan Sujud Prayitno, warga Kediri dan Surabaya, Jawa Timur ini merupakan pengidap jantung koroner yang ketagihan mengikuti trapi sedot lintah.



Kamis, 23 September 2010

SERANGAN BALIK TERORIS, POLRI DIMINTA INTROSPEKSI

Polsekta Hamparan Perak Medan Sumatera Utara, dini hari kemarin diserang sekelompok orang bersenjata api tak dikenal. Tidak ada yang tahu persis apa yang terjadi. Warga sekitar, melihat beberapa pengendara motor, mendatangi Mapolsek.” Lalu saya mendengar sebanyak 10 kali suara tembakan,” ujar Fadil salah seorang warga. Sementara Kapolda Sumatera Utara, Irjen Oegroseno, belum bisa memastikan dari kelompok mana para penyerang dan pelakunya ada hubungan atau tidak dengan para teroris.

3 polisi tewas. Mereka Bripka Irswandi petugas penyidik pembantu, tewas dengan 6 luka tembakan, Aiptu Deto sutejo satu luka tembakan dan Aiptu Sinulingga petugas piket penjagaan, tertembus 4 peluru.


Tentu penyerangan ini, pukulan berat, bagi Korps Polri. Kapolri Jen Bambang Hendarso Danuri, usai melapor ke presiden menegaskan, para pelaku penyerangan memiliki kaitan dengan jaringan teroris di Aceh. Kelompok yang menurut Kapolri punya target ingin menghabisi para pejabat di kalangan Polri maupun TNI.

Sulit dipercaya, di tengah gencarnya polri mengulung kawanan perampok dan teroris bersenjata api, pertahanan diri mereka justru lemah dan mudah ditembus. “Ini membuktikan, Polri terlalu terlena menikmati kesuksesan menggulung gerombolan teroris, tanpa mempertimbangkan kemungkinan terjadinya serangan balik terhadap mereka, ujar salah seorang pengamat.

Tapi tentu dibantah pihak polri sendiri. Menurut Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Polisi Iskandar Hasan, berdasarkan hasil keterangan pelaku yang tertangkap, kelompok mereka memang ahli mennyerang di daerah aman dan bukan daerah konflik, “pihak intelijen polri, hanya kalah cepat dengan kelompok bersenjata itu, terang Iskandar


Polri Harus Introspeksi
Tapi apapun alasannya, peristiwa ini boleh jadi yang pertama. Kelompok bersenjata api, secara terbuka melakukan penyerangan kepada institusi penegak hukum. Karena itu mantan Kepala Staf Angkatan Udara <arsekal (purn) Chappy Hakim meminta polisi melakukan introspeksi. Kejadian penyerangan Mapolsek Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumut, bisa jadi terkait penyergapan pihak kepolisian yang dilakukan pada para terduga teroris yang terkesan arogan dan mau menang sendiri.

"Jelas penyerangan yang dilakukan itu salah. Namun dari kejadian itu harusnya instrospeksi, apakah ada yang keliru sehingga mereka nekat berbuat seperti itu," jelas Chappy Hakim saat ditemui di kantornya, Jl Cipaku, Kebayoran Baru, Jaksel, Rabu.