Senin, 06 Desember 2010

Status Siaga Ditunda, Bromo kembali bergolak

PROBOLINGGO (06/12/2010) Gunung Bromo hari Senin pagi(06/12/2010) kembali bergolak. Selama hampir dua jam, Bromo kembali meletus dan memuntahkan material berupa abu vulkanik berwarna kehitam-hitaman, serta pasir yang jatuh di kawasan kaldera.

Gunung setinggi 2.392 meter ini, melemparkan abu vulkani dengan tekanan cukup kuat. Ketinggian abu yang dilepaskan mencapai 900 meter. Sejak erupsi, Selasa 23 November lalu, maka semburan kali ini merupakan yang terkuat, menjelang akan diumumkannya, perubahan status Brmo dari status “awas” ke siaga.

Menurut Kepala Bidang Pengamatan Gempa Bumi dan Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Gde Suantika, erupsi Bromo kali ini merupakan erupsi kedua dalam beberapa jam terakhir. “ Sekitar pukul 00:15 WIB sejumlah warga bahkan sempat melihat erupsi terjadi disertai loncatan kembang api,”ujar Gde saat ditemui di lokasi wisata Bromo hari Senin (06/12/2010)

Melihat perkembangan terbaru Bromo, Gde tidak dapat memastikan, kapan perubahan status Bromo bisa diumumkan. Seperti diberitakan Sabtu lalu, Gde memperkirakan dalam 2 tiga hari kedepan Bromo akan diubah statusnya dari “awas” menjadi “siaga”. Ini diasarkan pada aktivitas Bromo sendiri yang cenderung terus menurun.”Nah perkembangan terbaru, dimana Bromo kembali eruspsi, maka akan ada evaluasi kembali,” ujar Kepala PVMBG



Statusnya diturunkan ke Siaga

Sementara itu dari pos pengamatan gunung api gunung bromo di dusun Cemoro Lawang, Ngadisari, Sukapura, Probolinggo, sejak pukul 00.00 hingga 06.00 wib, gempa tremor masih terjadi dengan amplitudo 5 milimeter dan gempa vulkanik dangkal sebanyak 6 kali dengan amplitudo 38 milimeter.

Setelah hampir dua jam Bromo memuntahkan abu kehitaman, namun aktifitasnya kembali menurun dan pada pukul 15.00 WIB Senin 06/12/2010, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menurunkan status Gunung Bromo menjadi siaga. Penurunan status Bromo ini didasarkan pada pengamatan dan analisa data kegempaan, visual, deformasi dan potensi bahaya erupsi yang cenderung menurun.

Tidak ada komentar: