Sabtu, 14 Agustus 2010

Tuhan Kenapa ?


Dari mana aku mengenalNya ? Inilah sebuah pengalaman spiritual yang belum pernah terpuaskan sejak aku masih kecil. Tuhan dihadirkan dalam sebuah kultur yang tidak terjamah oleh penjelasan logis dan rasional. Tuhan harus aku pahami dan kukenal sebagai sosok menakutkan, yang siap dengan api dan kengerian. Untuk menyebutNya saja, aku takut, bukan oleh Tuhan itu sendiri, tapi oleh kultur yang dibangun secara diktator. Aku harus mengatakan “itu- loh yang di atas sana”. Entah ini sebuah kebodohan atau kehati-hatian.

Perlahan waktu mengantarkan aku, pada jalan yang labil. Kembali aku berhadapan dengan getaran arketip, bisikan yang memekakkan gendang telinga. Tapi aneh, suara itu gemuruh, namun tak terdengar oleh telinga, begitu nyata, namun tak tertangkap cahanya . Ia begitu dekat, namun hampa. Aku mengenalNya, tapi cukup asing. Orang-orang begitu gampangnya menjamah energi Tuhan yang Maha Luas itu, dengan password yang sederhana, tapi kenapa aku tidak ? Sepanjang hidupku aku akrab denga sebutan Tuhan. Setiap hari, kata Tuahn selalu mampir di lidah dan perenungan, namun sediktipun aku tidak mengenalNya. Bertahum-tahun waktu telah menggerogoti usiaku, sepanjang itu pula aku tak tahu seperti apa rasanya Tuahan, manis, pahit, getir ataukah tawar ?
Kadang aku menyaksikan Tuhan ditempatkan sebagai candu, dengan wajah fantasi, namun sekedar lamunan yang melenyapkan kesadaran, melupakan bahwa kita sedang berpijak di dunia riil. Kadang aku juga menyaksikan Tuhan dipakai sebagai alat menghancurkan, nafsu melenyapkan yang lain. Tapi bagimana aslinya Tuhan, aku menyebutNya ALLAH, begitu juga komunitas dua agama yang lain, Kristen dan Yahudi? Dalam rabaan batiniahku, Allah tampaknya jauh dari sekedar baik. Dia baik dalam pengertiannya sendiri, tidak bisa diukur dengan kaidah-kaidah moral yang kita pakai. Allah bagaimanapun kita mengenalnya, tetap saja menjadi sesuatu yang tak dikenal. Allah muncul dan memperkenalkan dirinya dengan wajah yang dikulturkan atau kultur yang diberi wajah Tuhan. Sehingga Tuhan menjadi sangat terbatas, sebatas ukuran manusia mencoba mengenalNya. Siapa dan apa nama aslinya Tuhan ? Orang Arab menyebutnya Allah. Tapi saya yakin itu bukan namaNya, karena kalau diurai, Allah itu berasal kata dari Illah yang artinya Tuhan. Kemudian diberi penegasan al ma'rifat, kira-kira sama dengan tambahan The dalam bahasa Ingris, menjadi Allah atau The God yang artinya Tuhan itu. Al Quran juga hanya memperkenalkan Tuhan, sebagai sifat-sifat, seperti ar-Rahman, ar-Rahim yang kemudian diperjelas berjumlah 99 Nama. Tapi siapa nama sebenarnya Tuhan ? Tidak ada yang tahu.
Seorang teman yang akrab memelototi buku-buku filsafat dan psykologi menyebutkan, nafsu manusia untuk menemukan apa yang disebut Tuhan, terdorong oleh rasa bersalah manusia terhadap bapaknya dan rasa bersalah ini usianya sudah sangat tua, setua manusia itu sendiri. Tapi saya tidak sepenuhnya percaya pada kesimpulan itu. Karena sepanjang hidup saya, mencari Tuhan yang saya tempuh – lewat perenungan dan pengalamn empirik saya -- jauh sekali dari rasa bersalah saya – entah kepada bapak atau siapapun. Saya terdorong seperti magnit – keiingintahuan manusia yang terbatas – namun tak pernah jelas dimana batasnya – kepada yang Maha tak terbatas (Majnun)

1 komentar:

Warung Informasi mengatakan...

Tuhan itu Unknowable -- sesuatu yang tak terjamah -- dan aku menjadi sangat bergairah mencariNya -- meski akan terebntur tembok pembatas --aku kadang memahami Tuhan yang maha luas itu -- seperti kutu di kepala saja -- si kutu merasa ia hidup dihutan --padahal di kepala