Selasa, 08 Maret 2011

Batu Kali Selezat Biskuit

PAMEKASAN – Syafi’i warga Desa Toronan, Pamekasan Madura ini hanyalah pria biasa. Yang membuat Syafi’I tidak biasa dan menjadi gunjingan warga, karena kebiasaannya yang unik dan aneh. Pria berusia 39 tahun ini punya kebiasaan mengunyah batu kali. Tidak bisa dihitung berapakali Syafi’i mengunyah batukali dalam seharianya. Pokoknbya setiap kali dia merasa lapar, segera saja pergi ke pinggir kali lalu memecah batu dan dikunyah, seperti melahap makanan ringan.”Uenak mas, kaya makan biscuit,”ujar Syafi’i diiringi tawanya yang khas.

Meski semua batu sama, dimata orang awam, namun dimata Syafi’I, punya aroma dan kelezatan yang berbeda. Paling tidak menurut Syafi’i, tidak semua batu enak dimakan. Batu yang menjadi favoritnya adalah sejenis batu Ombong – ya batu kali tadi. Setiap hari, Syafii mencari batu ombong, di Sungai Kamoning di belakang rumahnya.

Syafi’I harus membongkar bongkahan demi bongkahan untuk menemukan batu ombong yang dia inginkan. Jika Sudah Ditemukan, Syafii mencium, terkadang mencuilnya untuk dicicipi. Setelah dianggap cocok, pecahan batu ombong kemudian dimasak dengan cara dibakar, hingga batu itu terlihat gosong dan itu artinya, batu kali sudah masak dan siap dimakan.

Menurut Syafii, batu ombong,  merupakan menu cemilan setiap harinya. Bahkan jika melakukan perjalanan jauh atau sedang pergi kondangan, Syafi’i selalu membawa bekal batu ombong. Selain rasanya seperti biskuit, “memakan batu ombong membuat tubuh saya menjadi lebih fit,’ujar Syafi’i.

Batu Mimpi
Mengkonsumsi batu ombong, sudah menjadi hoby dan makan ringan Syafi’I, sejak tahun 2006 lalu. Waktu itu, Syafi’i menderita penyakit komplikasi – infeksi perut dan asam urat. Bahkan Syafii nyaris lumpuh. Hingga pada suatu malam, ia bermimpi memakan batu ombong. Entah kebetulan atau memang kehendak Tuhan, anehnya setelah mengudap batu ombong, kesehatan Syafii berangsur membaik, Sejak itulah Syafii mulai gemar mengkonsumsi batu ombong yang sekaligus menjadi obat bagi penyakitnya.

Tapi bagi para pembaca, cara dan hoby Syafi’i memakan batu kali itu tidak usah ditiru. Karena mengobati suatu penyakit, ya harus dengan cara-cara medis modern, dokter dan obat-obat yang sudah diselidiki khasiatnya. Seperti disebutkan dalam kitab suci, bahwa Tuhan menurunkan penyakit sekaligus obatnya. Bagi orang modern, ungkapan kitab suci itu ya diterjemahkan dengan obat dan dokter. Namun bagi orang-orang semacam Syafi’i, yang mungkin belum tersentuh pengobatan modern, ya dengan firasat atau mimpi bahkan mungkin cukup dengan ditiup atau disembur orang pinter, maka penyakitnya sirna. Banyak cara Tuhan memberi obat bagi penyakit hambanya.

Tidak ada komentar: