Senin, 15 November 2010

Ratusan Desa Berubah Menjadi Gurun Pasir

     Memasuki, dusun-dusun bekas disapu merapi, bagaikan berada di kampung mati. Hening dan mencekam. Sepanjang jalan yang kami lalui, di desa Balerante, Kemalang Klaten Jawa Tengah – terlihat hancur lebur. Sulit dibayangkan, seperti apa kengerian orang-orang yang terjebak di tengah awan panas Merapi yang bersuhu diatas 600 derajat celcius itu.

Desa Balerante hanyalah salah satu saja dari ratusan desa yang porak-poranda oleh awan panas Merapi. Setapak demi setapak kami masuk lebih dalam ke desa yang hancur ini. Di sepanjang jalan, desa-desa yang dibelah kali Gendol itu, tampaknya mustahil bisa dihuni lagi. Karena roboh rata dengan tanah.

Dulu desa yang terlihat subur, kini merana dan mirip seperti padang pasir. Bumi yang kami pijak, masih terasa hangat, meski erupsi Merapai sudah berlangsung lebih dari 3 minggu lalu. Di sisi kiri-kanan jalan kami jumpai bangkai-bangkai hewan ternak, seperti sapi dan kambing  bergelimpangan, tak ada yang mengurus.

Kami makin terperanjat, ketika memasuki dusun-dusun, seperti dusun Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang, dan Banjarsari Klaten. Di kawasan ini, hampir tidak ada lagi rumah yang berdiri kokoh, 90 persen roboh dan tak bisa lagi dihuni, hingga radius dua kilometer dari kali Gendol.  

Wilayah ini memang zona bahaya merapi, karena itu Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo berencana akan merelokasi warga yang tinggal di radius 5 km dari puncak Merapi. “Dan ini lebih penting dibanding mengungsikan warga tiap kali, Merapi meletus, “ujar Bibit Waluyo hari Senin 15/11/2010

Warga yang direncanakan direlokasi berasal dari tiga daerah, yakni Magelang, Klaten, dan Boyolali. Mereka akan 'diungsikan' secara permanen pada radius 15 Km dari puncak Merapi.




Kompensasi Rumah yang Hancur

Sementara itu pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berencana memberikan kompensasi kepada korban letusan Gunung Merapi yang rumahnya mengalami kerusakan. Besarnya kompensasi berkisar Rp 1-15 juta, tergantung tingkat kerusakan masing-masing rumah.

Pemberian kompensasi ini akan dilakukan jika status awas Merapi telah diturunkan menjadi siaga dan Tanggap Darurat dihentikan menjadi Rekonstruksi dan Rehabilitasi Bencana.
Pelasaksanaan pembayaran menggunakan kemampuan anggaran Pemda Kabupaten/Kota, Propinsi serta BNPB.

Sementara bagi warga yang rumahnya rusak total dan tak mungkin dihuni lagi, mereka akan ditampung di lokasi penampungan sementara selama tiga bulan dan biaya hidupnya ditanggung pemerintah. Semoga rencana pemerintah ini bukan hanya janji-janji kosong --- seperti janji akan membeli semua ternak petani yang tewas akibat awan panas, ternyata sampai saat ini belum ada realisasinya –padahal yang ngomong soal pembelian ternak itu langsung dari pidato presiden Susilo Bambang  Yudhoyono.

Tidak ada komentar: