Rabu, 11 Agustus 2010

SETAN DIBELENGGU ?

Dari Turmudzi, seorang pria pernah mendengar Rasulullah bersabda, bila datang bulan Ramadhan, maka Allah akan membuka pintu surga, menutup pintu neraka dan semua setan dibelenggu. Hadis ini sangat terkenal di kalangan umat Islam, terutama begitu Ramadhan tiba.

Hampir semua penceramah Ramadhan di masjid, musalah maupun di kantor-kantor suka sekali mengutip hadis di atas, karena momentumnya tepat.

Tapi apa betul, pada bulan Ramadhan setan-setan pada dibelenggu? buktinya mana? faktanya justru terjadi sebaliknya. Pada bulan ramadhan kemaksiatan terus menggeliat dalam kegelapan, foya-foya dan pemborosan justru terjadi pada bulan puasa, bukankah hidup boros adalah teman setan.Bayangkan kita ini kan sedang puasa, kalau dihitung dengan kalkulasi dagang—harusnya kebutuhan untuk makan dan minum menjadi berkurang, karena kita hanya makan di malam hari, tapi anehnya kebutuhan konsusmsi justru meningkat, bahkan ikut memicu atau sengaja dipakai alasan para spekulan untuk menaikkan harga kebutuhan pokok dan tradisi pemborosan pada bulan puasa ini sudah berlangsung cukup lama. Korupsi makin menggila. Para pencuri uang rakyat itu justru mulai bergerilya dengan memanfaatkan momentum bulan penuh berkah ini.

Saya memang tidak bermaksud menuduh setan, berada dibalik semua pemborosan dan kejahatan semacam korupsi itu. Tapi setidaknya itu menjadi gamblang, bahwa kemaksiatan dan kemungkaran tidak lantas berhenti begitu ramadhan tiba. Dan untuk memperluas kemaksiatan serta keributan-keributan perusak kekhusyukan Ramadan, bulan privatnya Allah, umat manusia tidak memerlukan provokasi para setan. Kecerdasan manusia untuk mengotori hidupnya sendiri sudah jauh melebihi visi dan misi para setan untuk merusak hidupnya.

Manusia itu terlalu tolol. Karena Untuk tidak korupsi, mereka butuh lembaga semacam KPK, pengadilan Tipikor yang belum tentu bersih dari kepentingan. Manusia tidak mampu menemukan sendiri pada nurani dan akal sehatnya agar berhenti menindas dan bersikap korup. Jadi untuk menghancurkan peradaban manusia, sama sekali tidak diperlukan setan dan Iblis. Mereka sudah matang dan canggih menjalankan sistem dan budayanya sendiri untuk menghancurkan kehidupannya sendiri.

Jadi apa pentingnya dibelenggu atau tidak setan dan iblis di bulan ramdahan, karena tidak mengubah apa-apa selama manusia sebagai subyek tidak bergeming dari kesesatan. Makanya sebagian ulama menafsirkan kata “wasufidatis sayatin” para setan yang dibelenggu itu adalah setan dari bangsa jin. Sementara setan dari bangsa manusia masih bebas berkeliaran – setan manusia itu ada rujukannya seperti disebut dalam surat “yuwas wisu wi sudurin nas, minal jinnati wannas” yang membisikkan gosip – isu jahat ke dalam hati manusia, yakni setan dari bangsa jin dan manusia.

Oke mungkin itu benar. Tapi menurut pendapat saya, hadis di atas hanya sebatas fasilitas dari Tuhan saja, bagi orang-orang yang tidak menyia-nyiakan ramadhan. Allah swt memberi semacam voucer belanja kepada umat Islam yang memanfaatkan momentum ramadhan yang penuh berkah ini dengan sungguh-sungguh. Bayangkan, hanya di bulan Ramadhan orang yang tidur dinilai sebagai ibadah --- ini jelas sebuah fasilitas. Semua ibadah dilipat gandakan pahalanya – yang sunat ditingkatkan pahalanya seperti menjalankan ibadah wajib – yang wajib apalagi – begitu besarnya berkah ramadhan – dari tiduir sampai jagapun dinilai ibadah – nah ini jelas membuat peluang setan juga makin sempit untuk mendekati para shoimin-- maka pantas setan pada bulan ramadhan seperti terbelunggu dan umat yang puasa makin besar peluangnya untuk menggeser dan membuka gerbang surga – dan ini bisa berarti sebaliknya buat mereka yang acuh terhadap ramadhan ---

Tidak ada komentar: